Thursday, January 31, 2008

Potret Pudar IAIN Saat Ini

Oleh : Adri (Mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris IAIN Imam Bonjol)
IAIN Imam Bonjol Padang (IAIN-IB) adalah salah satu dari 14 IAIN di seluruh Indonesia. Saat ini IAIN memiliki lima fakultas yaitu Adab, Dakwah, Syari’ah, Tarbiyah dan Ushuludin, lima fakultas inilah yang akan menjalankan Tri Dharma perguruan tinggi dalam bidang Ilmu keislmaman. Selama lebih dari 42 tahun IAIN-IB berdiri, rasanya bukanlah waktu yang singkat guna mencapai sebuah kemajuan.
Masyarakat berharap IAIN sebagai perguruan tinggi agama yang dapat melahirkan kader-kader pendidikan di bidang Islam, yang berakhlak mulia dan menjadi panutan masyarakat. Seperti yang kita lihat saat ini, semakin merosotnya akhlak dan moral. Namun potret kampus ini pun semakin pudar.
Dua bulan lalu Prof. DR. H. Sirajuddin Zar, M.A telah melantik lima dekan baru, yang akan melanjutkan tugas dekan lama dari masing-masing fakultas. Beliau berharap para dekan dapat meningkatkan kinerja masing-masing, guna menghadapi banyaknya tantangan yang ada. Namun tampaknya mereka belum membuka mata.
Permasalahan yang muncul kini kian banyak, terutama oleh masyarakat yang alergi jika mendengar kata IAIN. Apalagi mereka yang telah lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Sekalipun mereka memilih IAIN, hanya sebagai pelarian, daripada mereka tidak kuliah. Kenyataan ini akan dirasakan saat telah menyandang gelar sarjana. Para sarjana mendapat jalan buntu dan tak tahu harus berbuat apa. Apakah keadaan ini harus dialami setiap sarjana yang telah menghabiskan waktunya dengan buku selama 4 tahun atau lebih.
Selain masalah yang dialami oleh para lulusan, masalah juga dialami oleh para mahasiswa yang merasakan adanya kekurangan fasilitas dalam perkuliahan. Sebagian besar mahasiswa tidak merasa simpati dan pihak kampus pun hampir tidak pernah membuat para mahasiswa merasa empati terhadap pendidikan mereka. Sehingga mereka merasa terpaksa dalam menjalankan proses perkuliahan.
Jika kita perhatikan dalam bidang pembangunan, saat ini di tahun 2008 belum tampak secara fisik bahwa IAIN-IB akan bergerak maju. Padahal di tahun 2009 rencananya IAIN akan menjadi sebuah universitas. Namun melihat kenyataan yang ada, tampaknya mimpi IAIN menjadi universitas masih belum bisa terwujud. Saat ini hanya terlihat bangunan-bangunan lama yang seharusnya direnovasi. Selain itu masalah lain yang terjadi adalah belum dilakukan penambahan fakultas dan jurusan untuk memenuhi syarat menjadi sebuah universitas.

***
Tradisi kampus yang dapat dirasakan kini adalah banyaknya mahasiswa yang tidak lagi mengindahkan peraturan-peraturan yang ditetapkan. Suasana kampus yang Islami yang dulunya menjadi ciri khas IAIN kini kian tak terasa. Suasana Islami hanya sebatas sebuah kewajiban yang dijalani di lingkungan kampus. Namun saat mereka telah keluar wilayah kampus mereka tak lagi memegang ciri mereka sebagi mahasiswa kampus Islami. Ini terlihat pada pakaian yang dikenakan, cara bergaul dan cara bersikap.
Saat mereka meniggalkan kampus mereka tak merasakan lagi hawa Islami. Padahal mereka tak hanya diikat peraturan kampus, mereka juga terikat peraturan hukum. Melihat hal itu, seharusnya mereka mentaati peraturan dengan kesadaran sendiri, sesuai dengan yang telah digariskan.
Satu hal lagi yang menjadi problematika di kampus adalah, berkembangnya lagu-lagu yang tidak bernafaskan Islam. Salah satu contoh pernah diadakan kontes menyanyi, yang lagunya kadang vulgar dan di luar koridor Islam. Yang jadi pertanyaan apakah ini akan dibiarkan. Mereka tampaknya sudah kehilangan identitas, seiring perkembangan zaman, yang berada di era globalisasi. Mereka tak lagi melestarikan kebudayaan mereka, sehingga mereka lebih tertarik pada seni yang tidak bersifat Islami.
IAIN kini tinggallah lambang, tidak mampu melahirkan kader-kader yang memiliki kesadaran tinggi tentang jadi diri mereka, yaitu seorang intelektual muslim di kampus yang Islam.

Teater IB gelar "tahun bunuh diri"

PADANG- Teater Imam Bonjol kembali mengadakan pertunjukan teater, kali ini mengusung tema “Tahun Bunuh Diri”.
Seperti yang disampaikan Alexsander, sutradara pementasan, kepada padangmedia.com, selepas pentas, kamis (17/01), bahwa tema tersebut diambil untuk mengingatkan bahwa merayakan tahun baru sama saja dengan merayakan kematian yang semakin dekat, dan orang kebanyakan tidak menyadari hal itu. “ Karena banyak yang tidak sadar dengan hal tersebut jadi kami mengusung tema tahun bunuh diri,” ujar Alex.
Selain tema tersebut, penampilan teatrikal kali ini juga mengangkat masalah-masalah yang terjadi sejak dulu di sekitar kampus IAIN seperti gedung yang berantakan, lapangan parkir yang tak terpakai dan kurikulum yang berganti-ganti. Hal ini disampaikan Rahmat Rahmat Doni, salah seorang pemain dalam garapan tersebut mengatakan bahwa banyak masalah yang terjadi di kampus IAIN dan tak terselesaikan karena banyak kewajiban diberikan kepada yang tidak mampu mengembannya. “Jadi sebaiknya IAIN diberikan kepada yang ahli, agar kampus kita bisa maju,” jelas Doni.
Penampilan teatrikal yang diadakan di lapangan parkir kampus IAIN Imam Bonjol tersebut mengundang antusias mahasiswa yang hadir.
Pertunjukan teater IB tak hanya diisi dengan penampilan teater, namun juga diadakan mimbar bebas, dimana para mahasiswa yang hadir saat itu dapat menyampaikan wacananya tentang isu yang marak belakangan ini seperti pemanasan global, kebersihan di IAIN sampai tentang status gedung student center.
Dedi, salah seorang anggota teater IB menyampaikan bahwa pertunjukan ini sangat menghibur bagi para mahasiswa yang hadir. “Pertunjukan ini cukup menghibur, namun terlalu banyaknya gerakan menyebabkan pesan yang disampaikan dalam pertunjukan tak tersampaikan secara utuh kepada penonton,’ujar Dedi. Dedi juga menambahkan agar acara seperti ini sering diadakan, sehingga para mahasiswa secara tak langsung diajak untuk peduli dengan isu-isu yang berkembang di kampus dan di sekitar mereka. (dodo)